Barcode, atau kode batang, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Dari supermarket hingga bandara, barcode digunakan untuk mengidentifikasi produk, melacak inventaris, dan mempercepat proses transaksi. Namun, tahukah Anda bagaimana barcode pertama kali ditemukan dan berkembang menjadi teknologi yang kita kenal saat ini? Artikel ini akan mengulas sejarah awal mula barcode dan perkembangannya.

Ide Awal: Kebutuhan akan Identifikasi Otomatis

Konsep barcode bermula dari kebutuhan akan sistem identifikasi otomatis yang dapat mempercepat proses pencatatan data. Pada tahun 1930-an, Wallace Flint, seorang mahasiswa pascasarjana di Harvard Business School, mengusulkan sistem kartu punch otomatis untuk mengelola inventaris di toko retail. Meskipun ide ini tidak langsung diimplementasikan, konsep tersebut menjadi cikal bakal pemikiran tentang identifikasi produk yang lebih efisien.

Penemuan Barcode Modern

Barcode modern seperti yang kita kenal saat ini mulai dikembangkan pada tahun 1948. Dua orang insinyur, Bernard Silver dan Norman Joseph Woodland, yang saat itu merupakan mahasiswa di Drexel Institute of Technology di Philadelphia, tertarik untuk menciptakan sistem yang dapat secara otomatis membaca informasi produk. Woodland, yang terinspirasi oleh kode Morse, menggambar garis-garis vertikal dengan lebar berbeda untuk merepresentasikan data.

Pada tahun 1949, Woodland dan Silver mengajukan paten untuk sistem barcode mereka. Awalnya, mereka menggunakan tinta yang sensitif terhadap sinar ultraviolet, tetapi metode ini terbukti tidak praktis. Akhirnya, mereka beralih ke teknologi berbasis cahaya dan scanner optik, yang menjadi dasar dari barcode modern.

Penggunaan Pertama Barcode

Barcode pertama kali digunakan secara komersial pada tahun 1966, ketika National Association of Food Chains (NAFC) di Amerika Serikat mencari cara untuk mempercepat proses checkout di supermarket. Perusahaan RCA (Radio Corporation of America) mengembangkan sistem barcode berbasis bullseye (lingkaran konsentris), sementara IBM, di bawah bimbingan Woodland, mengembangkan sistem barcode garis vertikal.

Pada 26 Juni 1974, barcode resmi digunakan untuk pertama kalinya di sebuah supermarket Marsh di Troy, Ohio, Amerika Serikat. Produk pertama yang dipindai menggunakan barcode adalah sebungkus permen karet Wrigley’s Juicy Fruit. Momen ini menandai awal revolusi barcode dalam industri retail.

Perkembangan dan Standarisasi

Setelah sukses di industri retail, barcode mulai diadopsi di berbagai sektor, termasuk logistik, kesehatan, dan manufaktur. Pada tahun 1973, Uniform Product Code (UPC) diperkenalkan sebagai standar barcode untuk produk konsumen di Amerika Serikat. Standar ini memungkinkan barcode digunakan secara universal, memudahkan pertukaran informasi antarperusahaan.

Seiring perkembangan teknologi, barcode terus berevolusi. Pada tahun 1970-an dan 1980-an, muncul berbagai jenis barcode, seperti Code 39 dan Code 128, yang dapat menyimpan lebih banyak informasi. Pada tahun 1990-an, barcode dua dimensi (2D) seperti QR Code mulai dikembangkan, memungkinkan penyimpanan data yang lebih kompleks, termasuk teks, URL, dan gambar.

Barcode di Era Digital

Di era digital seperti sekarang, barcode tetap relevan dan terus berkembang. Teknologi barcode 2D, seperti QR Code, semakin populer karena kemampuannya untuk menyimpan lebih banyak data dan mudah dipindai menggunakan smartphone. Barcode juga terintegrasi dengan teknologi lain, seperti Internet of Things (IoT) dan sistem manajemen inventaris berbasis cloud.

Kesimpulan

Barcode telah mengalami perjalanan panjang sejak ide awalnya di tahun 1930-an hingga menjadi teknologi yang digunakan di seluruh dunia. Dari sebungkus permen karet di supermarket hingga sistem logistik global, barcode telah merevolusi cara kita mengidentifikasi dan melacak produk. Ke depan, barcode akan terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi, memastikan bahwa sistem identifikasi ini tetap menjadi bagian penting dari kehidupan